SYARAT TUMBUH DAN TEKNIK BUDIDAYA JAHE
Jan.18, 2011 in
Pengetahuan Umum, Usaha Perkebunan, Usaha Pertanian
SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE
Tanaman JAHE membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman JAHE memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman JAHE dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman JAHE antara 20-35 oC.
MEDIA TANAM JAHE
Tanaman JAHE
paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat
berpasir dan tanah laterik.
Tanaman JAHE dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk JAHE gajah adalah 6,8-7,0.
KETINGGIAN TEMPAT
JAHE
tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0- 2.000 m
dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
6.
PEDOMAN BUDIDAYA JAHE
Pembibitan Jahe
Persyaratan Bibit Jahe
Bibit
berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu
fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit.
Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
- Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
- Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
- Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Teknik Penyemaian Bibit Jahe
Untuk
pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung
ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat
dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian JAHE pada peti kayu
Rimpang JAHE
yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian
disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan
dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1
hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung
beranyaman jarang, lalu dicelupka n dalam larutan fungisida dan zat
pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu
dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu
sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit
selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian
seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi
tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit JAHE tersebut sudah disemai.
Penyemaian JAHE pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan JAHE
gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan
dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada
bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu
diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan
lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada
bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali
disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah
bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit
berkualitas rendah.
Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
Penyiapan Bibit
Sebelum
ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit
tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan
fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah
ditanam.
Pengolahan Media Tanam JAHE
Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman JAHE. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman JAHE, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan Lahan
Pengolahan
tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan
tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan
membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu
agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati
terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan
belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua
sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang
dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pembentukan Bedengan
Pada
daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk
encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm,
sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran
Pada
tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya,
Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau
sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media
perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium
sp.
Pengapuran
juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman
untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan
bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan
biji.
- Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
- Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
- Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.
Anonim, Mengenal Budidaya JAHE dan Frospek JAHE, Koperasi Daar ElKutub,
Jakarta, 1999
———-, Ekspor JAHE Terbentur Musim, Info Agribisnis Trubus, Nomor. 335 Hal. 32, Juni 1999
———-, Investasi Agribisnis Komoditas Lnggulan Tanaman Fangan dan Holtikultura, Kanisius, Yogyakarta, 1999
Paimin, FB. Budidaya, Fengolahan, Ferdagangan JAHE, Penebar Swadaya, Jakarta, 1999
Koswara, S. JAHE dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995
Santoso, HB. JAHE Gajah, Kanisius, Yogyakarta, 1994
Yoganingrum, A.Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta, 1999
Paimin F.B., Murhananto, Budidaya Pengolahan Perdagangan JAHE, Penebar Swadaya, Jakarta, 1998.
0 comments :
Post a Comment